28 Mar 2013

KASIH SAYANG

   Pengertian kasih sayang menurut kamus umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadamita adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang.
Dalam kehidupan berumah tangga kasih sayang merupakan kebahagiaan. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta. ‘Percintaan muda-mudi(pria-wanita) bila diakhiri dengan perkawinan, maka di dalam berumah tangga keluarga muda itu bukan lagi bercinta-cintaan, tetapi sudah bersifat kasih mengasihi atau saling menumpahkan kasih sayang.
   Dalam kasih sayang sadar atau tidak sadar dari masing-masing pihak dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian, saling terbuka, sehingga keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh. Bila salah satu unsur kasih sayang hilang, misalnya unsur tanggung jawab, maka retaklah keutuhan rumah tangga itu. Kasih sayang yang tidak disertai kejujuran, terancamlah kebahagiaan rumah tangga itu.
    Yang dapat merasakan kasih sayang bukan hanya suami atau istri atau anak-anak yang telah dewasa, melainkan bayi yang masih merah pun telah dapat merasakan kasih sayang dari ayah dan ibunya. Bayi yang masih merah telah dapat mengenal suara atau sentuhan tangan ayah ibunya. Bagaimana sikap ibunya memegang/menngendong telah dikenalnya. Hal ini karena sang bayi telah mempunyai kepribadian.
   Adanya kasih sayang ini mempengaruhi kehidupan si anak dalam masyarakat. Orang tua dalam memberikan kasih sayangnya bermacam-macam demikian pula sebaliknya. Dari cara pemberian cinta kasih ini dapat dibedakan :

1. Orang tua bersifat aktif, si anak bersifat pasif.
   Dalam hal ini orang tua memberikan kasih sayang terhadap anaknya baik berupa moral-materiil dengan sebanyak- banyaknya, dan si anak menerima saja, mengiyakan, tanpa memberikan respon. Hal ii menyebabkan si anak menjadi takut, kurang berani dalam masyarakat, tidak berani menyatakan pendapat, minder, sehingga si anak tidak mampu berdiri sendir di dalam masyarakat.

2. Orang tua bersifat pasif, si anak bersifat aktif.
   Dalam hal ini si anak berlebih-lebihan memberikan kasih sayang terhadap orang tuanya, kasih sayang ini diberikan secara spihak, orang tua mendiamkan saja tingkah laku si anak, tidak memberikan perhatian apa yang diperbuat si anak.

3. Orang tua bersifat pasif, si anak bersifat pasif.
   Di sini jelas bahwa masing-masing membawa hidupnya, tingkah lakunya sendiri-sendiri, tanpa saling memperhatkan. Kehidupan keluarga sangat dingin, tidak ada kasih sayang, masing-masing membawa carannya sendiri, tidak ada tegur sapa jika tidak perlu. Orang tua hanya memenuhi dalam bidang materi saja.

4. Orang tua bersifat aktif, si anak bersifat aktif.
   Dalam hal ini orang tua dan anak saling memberikan kasih sayang dengan sebanyak-banyaknya. Sehingga hubungan antara orang tua dan anak sangat intim dan mesra, saling mencintai, saling menghargai, saling membutuhkan.
   Kasih sayang itu Nampak sekali bila seorang ibu sedang menyusi atau menggendong, bayinya itu diajak bercakap-cakap, ditimang-timang, dinyanyikan, meskipun bayinya itu tidak tahu arti kata-kata, lagu dan sebagainya.

CINTA MENURUT AJARAN AGAMA

  Ada yang berpendapat bahwa cinta dapat dipahami dengan mudah tanpa dikaitkan dengan agama. Tetapi dalam kenyataan hidup manusia masih mendambakan tegaknya cinta dalam hidup ini. Di suatu pihak, cinta di dengungkan lewat lagu dan organisasi perdamaian dunia, tetapi di pihak lain dalam praktek kehidupan cinta sebagai dasar kehidupan jauh dari kenyataan. Atas dasar ini agama memberikan ajaran cinta kepada manusia.

http://1.bp.blogspot.com/-0hF1uVevS7I/Ttt5S4GeGYI/AAAAAAAAAFg/c0gAiMrs7RE/s1600/image020.jpgBerbagai Bentuk Cinta:
1. Cinta Diri
   Cinta diri erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Manusia senang untuk tetap hidup, mengembangkan potensi dirinya, dan mengaktualisasikan diri. Pun ia mencintai segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan pada dirinya. Sebaliknya ia membenci sesuatu yang menghalanginya untuk hidup, berkembang berkembang dan mengaktualisasi diri. Ia juga benci sesuatu yang mendatangkan rasa sakit, penyakit dan mara bahaya.
   Al-Quran telah mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri, kecendrungannya untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan keselamatan dirinya. Nabi Muhammad SAW bersabda: bahwa seandainya beliau mengetahui hal-hal gaib, tentu beliau akan memperbanyak hal-hal yang baik bagi dirinya dan menjauhkan dirinya dari segala keburukan. 

2. Cinta kepada sesama manusia
   Agar manusia dapat hidup dengan penuh keharmonisan dan keserasian dengan manusia lainnya, tidak boleh tidak ia harus menbatasi cintanya pada diri sendiri dan egoismenya. Pun hendaknya ia menyeimbangkan cintanya itu dengan cinta dan kasih sayang pada orang lain, bekerja sama, dan memberi bantuan pada orang lain. Al-Quran juga menyerukan kepada orang-orang yang beriman agar saling mencintai seperti halnya mencintai diri mereka sendiri. 

3. Cinta Seksual
    Cinta erat kaitannya dengan dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja dalam melestarikan kasih sayang, keserasian dan kerjasama antara suami dan istri. Ia merupakan faktor yang primer bagi kelangsungan hidup  mereka.
   Dorongan seksual melakukan suatu fungsi penting, yaitu melahirkan keturunan demi kelangsungan jenis. Lewat dorongan seksuallah terbentuknya keluarga. Dari keluarga terbentuk masyarakat dan bangsa. Dengan demikian bumi pun menjadi ramai, bangsa-bangsa saling kenal mengenal, kebudayaan berkembang, ilmu pengetahuan, dan industri menjadi maju.
   Islam mengakui dorongn seksual dan tidak mengingkarinya. Jelas dengan sendirinya ia mengaku pula cinta seksual yang menyertai dorongan tersebut. Sebab itu adalah kondisi alamiah dalam diri manusia yang tidak diingkari. Tidak ditentang ataupun ditekan. Yang diserukan Islam hanyalah  pengendalian dan penguasaan cinta ini lewat pemenuhan dorongan tersebut dengan cara yang sah, yaitu dengan perkawinan. 

4. Cinta Kebapaka
   Mengingat bahwa antara ayah dan anal-anaknya tidak terjalin oleh ikatan-ikatan fisiologis seperti yang menghubungkan si ibu dengan anak-anaknya, maka para ahli ilmu jiwa modern berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorongan fisiologis seperti halnya dorongan keibuan, melainkan dorongan psikis.
   Dorongan ini Nampak jelas dalam cinta bapak kepada anak-anaknya, karena mereka sumber kesenangan dan kegembiraan baginya, sumber kekuatan dan kebanggaan, dan merupakan factor penting bagi kelangsungan peran bapak dan kehidupan dan tetap terkenangnya dia setelah meninggal dunia. Ini terlihat kelas dalam do’a Nabi Zakaria As, yang memohon pada Allah semoga ia dikarunia seorang anak yang akan mewarisinya dan mewarisi keluarga Ya’qub (QS, Maryam, 19:4-6)
   dan Cinta kebapakan dalam Al-Qur’an diisyratkan dalam kisah Nabi Nuh As. Betapa cintanya ia kepada anaknya, tampak jelas ketika ia memanggilnya dengan rasa penuh cinta, kasih sayang, dan belas kasihan untuk naik ke perahu agar tidak tenggelam ditelan ombak.

5. Cinta kepada Allah
   Puncak cinta manusia, yang paling bening, jernih dan spiritual ialah cintanya kepada Allah dan kerinduaanya kepada-Nya. Tidak hanya dalam shalat, pujian, dan doanya saja, tetapi juga dalam semua tindakan dan tingkah lakunya. Semua tingkah laku dan tindakannya ditunjukkan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan ridha-Nya: 
   “Katakanlah : Jika kamu(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha pengampun lagi Maha penyanyang” (QS, Ali Imran, 3:31)
   Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta itu menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupannya dan menundukan semua bentuk kecintaan lainnya. Cinta ini pun juga akan membuatnya menjadi seorang yang cinta pada sesama manusia, hewan, semua mahluk Allah dan seluruh alam semesta. Sebab dalam pandagannya semua wujud yang ada di sekelilingnya mempunyai  manifestasi dari Tuhannya yang membangkitkan kerinduan-lerinduan spiritualnya dan harapan kalbunya.

6. Cinta kepada rasul
   Cinta kepada Rasul, yang diutus Allah sebagai rahma bagi seluruh alam semesta, menduduki peringkat ke dua setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul merupakan ideal sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya. Seorang mukmin yang benar-benar beriman dengan sepenuh hati akan mencintai Rasullah yang telah menanggung derita dakwah Islam, berjuang dengan penuh segala kesulitan sehingga Islam tersebar di seluruh penjuru dunia, dan membawa kemanusiaan dari kekelaman kesesaran menuju cahaya petunjuk.

27 Mar 2013

Manusia dan Cinta kasih

   A. Pengertian cinta kasih

    Menurut kamus umum Bahasa Indonesia karya W.J.S Poerdawarminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rata cinta. Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada sesorang yang disertai menaruh belas kasihan.

    Walaupun cinta kasih mengandung arti hampir bersamaan, namun terdapat perbedaan juga antara keduanya. Cinta lebih mengandung pengertian mendalamnya rasa, sedangkan kasih lebih keluarnya ; dengan kata lain bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata.

    Cinta memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat dimasyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab.


   B. Tiga unsur tentang Cinta
       
Ketertarikan adalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuknya, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengannya. Apabila berjanji padanya harus ditepati, ketika memiliki uang oleh-oleh dibeli untuknya.

Keintiman yaitu adanya kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara anda dan dia sudah tidak ada jarak lagi. Panggilan-panggilan formal seperti bapak, ibu, saudara, digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan sayang dan sebagainya makan minum dari satu piring, cangkir tanpa rasa risih, pinjam meminjam baju, saling memakai uang tanpa rasa berhutang, tidak saling menyimpan rahasia dan sebagainya.

Kemesraan yaitu adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen ketika jauh, atau lama tak bertemu, adanya ucapan atau ungkapan rasa sayang dan seterusnya.
 
   C.Tingkatan-tingkatan Cinta berdasarkan firman Allah SWT

    1. Cinta tingkat tertinggi adalah cinta kepada Allah SWT, Rasulullah SAW, dan berjihad dijalan Allah.
    2. Cinta tingkat menengah adalah Cinta kepada Orang tua, Anak, istri/suami, saudara dan kerabat.
    3. Cinta tingkat rendah adalah cinta yang lebih mengutamakan keluarga, kerabat, harta, dan tinggal.

21 Mar 2013

Nilai-nilai dalam Prosa Fiksi

     Sebagai seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra (prosa fiksi) langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita dengan perkataan lain prosa mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra. Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain:


     1.  Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dari pembaca fiksi adalah pembaca mendapat pengalaman layaknya mengalami sendiri peristiwa itu atau kejadian yang dikisahkan.

     2. Prosa fiksi memberika informasi
Fiksi memberikan informasi yang tidak ada di ensiklopedia.

     3. Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi dapat menstikuli imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.

     4.  Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu

IBD Yang Dihubungkan Dengan Prosa

     IBD adalah salah satu mata kuliah yang diberika dalam satu semester, sebagai bagian dari MKDU.  IBD tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the humanities), akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha mengmbangkankepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya.


     Istilah prosa banyak pandangannya, kadang-kadang disebut narative function, proses function atau hanya function saja. Dalam bahasa Indonesia istilah tadi sering menjadi rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pameran, lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Istilah cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman atau novel atau cerita pendek.
Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru.

     A.   Prosa lama meliputi:
1.       Dongeng-dongeng
2.       Hikayat
3.       Sejarah
4.       Epos
5.       Cerita pelipur lara

      B.  Prosa baru meliputi:
1.       Cerita pendek
2.       Roman/novel
3.       Blografi
4.       Kisah
5.       Otoblografi

Pendekatan Dan Kesusastraan

IBD, yang semula dinamakan Basic Humanities, berasal dari bahasa Inggris the humanities. Istilah ini berasal dari bahasa latin Humanus, yang berarti manusiawi. Lebih berbudaya dan lebih halus. Jadi the humanities berkaitan dengan masalah nilai, yaitu nilai kita sebagai homo homanus.

Untuk menjadi homo homanus, manusia harus mempelajari ilmu, yaitu the humanities, disamping tanggung jawabnya yang lain. Apa yang dimaksud dengan humanities masih diperdebatkan dan kadang-kadang disesuaikan dengan keadaan dan waktu.
 
Pada umumnya the humanities mencakup filsafat, teologi, seni dan cabang-cabangnya termasuk sastra, sejarah, cerita rakyat dan sebagainya. Pada pokoknya semua mempelajari masalah manusia dan kebudayaan. Karena ada yang menerjemahkan the humanities menjadi ilmu-ilmu kemanusiaan, ada juga yang menerjemahkan menjadi pengetahuan budaya.

Seni termasuk sastra yang memegang peranan yang penting dalam the humanities. Ini terjadi karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaanseperti yang terdapat dalam filsafat atau agama. Disbanding dengan cabang the humanities yang lain, ilmu bahasa, seni memegang peranan yang penting, karena nilai-nilai kemanusiaan yang disampaikannya normative.

Seni adalah ekpresi yang bersifat tidak normative, seni lebih mudah berkomunikasi. Karena tidak normative, nilai-nilai yang disampaikan lebih fleksibel, baik isinya maupun cara menyampaikannya. Sastra mempunyai penerayangan lebih penting. Alasan pertama, karena sastra mempergunakan bahasa, sementara itu bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hampir semua pernyataan kegiatan manusia.