Akhir-akhir ini, setengah dari penduduk Jepang mempunyai
telpon genggam, dan secara terus menerus model baru muncul di pasaran. Tahun
lalu saja, lebih dari 48 juta telpon genggam dihasilkan. Untuk mengantisipasi
hal ini 6 perusahaan komunikasi besar telah menerapkan sistim pengumpulan untuk
mendapatkan telpon-telpon genggam yang tidak terpakai. Tahun lalu saja salah
satu dari perusahaan ini dapat mengumpulkan 10 juta telpon gengam yang tidak
dipakai, yang tentu saja merupakan suatu tambang emas
Untuk mendulang emas dari telepon gengam Jepang menggunakan
teknologi pemurnian bijih yang selama ini dikembangkan di sebuah pertambangan
Jepang. Seperti kita ketahui tambang bijih di suatu tempat biasanya tidak murni
dan mengandung bermacam jenis logam. Karena Jepang memiliki banyak gunung
berapi, panasnya magma sering dipergunakan untuk melumerkan logam, yang
kemudian mencampurkan serta membentuk deposit bijih. Karena itulah, teknologi
ini dikembangkan sejak lama untuk memurnikan bijih yang kotor menjadi logam.
Kota penambangan tembaga Kosaka di Profinsi Akita, sekitar
600 kilometer diutara Tokyo, adalah satu dari beberapa kota yang mengembangkan
teknologi itu. Banyak telpon genggam dikumpulkan dan diproses disana. Dulu,
Kosaka terkenal sebagai kota penghasil tembaga yang terpandang, tetapi setelah
Perang Dunia kedua, pertambangan itu ditutup karena kalah bersaing harga dengan
tembaga impor.
Telpon genggam itu seperti halnya material dimana
logam-logam yang ada masih saling bercampur. Teknologi peleburan yang
dikembangkan saat ini dapat digunakan untuk memperoleh logam berharga dari
telpon gengam bekas ini.
Sejumlah besar telpon genggam yang dikumpulkan pertama-tama
dihancurkan dan kemudian dimasukkan kedalam wadah peleburan bersama dengan
bijih tembaga. Benda-benda seperti plastik, timah hitam dan timah dipisahkan
dan dikeluarkan dari campuran tersebut untuk menghasilkan sebuah material yang
dikenal dengan tembaga mentah, yang merupakan campuran dari tembaga, emas,
platina dan logam-logam lainnya. Tembaga mentah itu kemudian dimasukkan dalam
larutan asam sulfur. Saat katoda yang dialirkan listrik dimasukkan kedalam
larutan itu, tembaga murni berkumpul di katoda tersebut. Logam-logam berharga
lainnya kemudian mengeras dan terpisah.
Logam yang mengeras dan terpisah ini kemudian dimasukkan
kedalam larutan asam nitrat dan proses tadi diulang kembali. Kali ini perak
murni yang berkumpul di katoda. Material sisanya kemudian di masukkan kedalam
larutan asam hidroklorik dimana listrik kembali dialirkan untuk mendapatkan
emas murni.
Pabrik peleburan di Kosaka mengolah 50 ton telpon genggam
setiap tahunnya, dan kemudian memperoleh 15 kilogram emas. Karena pabrik di
Kosaka mengambil timah hitam, kadmium dan zat-zat berbahaya lainnya sebelum
mereka memulai proses tadi. Material-material ini juga dimurnikan untuk
penggunaan industri.
Ledakan penggunaan telpon genggam telah menghasilkan produk
sampingan yang luar biasa. Jika telpon-telepon genggam yang dibuang itu
langsung di hancurkan dan dikubur di tanah, maka logam-logam berat yang
berbahaya dapat terlepas dan menimbulkan pengaruh yang berbahaya bagi
lingkungan. Tapi dengan mengolah telpon-telepon genggam yang sudah tidak
dipakai ini tanpa menimbulkan sampah, dapat diperoleh emas dan perak. Kayaknya
teknologi ini seperti kata pepatah, “sekali mendayung, 2-3 pulau terlampaui”
Sumber:
http://www.kamusilmiah.com/elektronik/menambang-emas-dari-telpon-genggam/
No comments:
Post a Comment